Minggu, 28 Oktober 2007

Mendaur Ulang Plastik di Lepang

TIDAK sia-sia, Desa Lepang, Takmung, memperoleh predikat desa sadar lingkungan. Dengan predikat itu, daerah bagian selatan Klungkung itu akhirnya ditunjuk sebagai pilot project daur ulang sampah plastik oleh Bapedalda Propinsi Bali.Bapedalda menyumbang mesin pencacah yang harganya mencapai puluhan juta rupiah. Tidak hanya itu, Bapedalda juga menyerahkan bantuan uang tunai untuk pengoperasian awal sebesar Rp 4 juta.

Di hadapan Wakil Bupati Klungkung, Ngakan Bawa, serta jajarannya yang meninjau di sela-sela kegiatan PSN massal, Jumat (10/2) kemarin, Bendesa Adat Lepang Nyoman Mudita didampingi Camat Banjarangkan, Komang Alit Artha Sedana, menjelaskan bantuan mesin pencacah itu sebenarnya diserahkan kepada desa adat. Namun, pengoperasiannya diserahkan kepada sekaa teruna setempat dengan tetap berkoordinasi dengan desa adat. Dengan harapan, sekaa teruna mendapat lapangan pekerjaan sekaligus menyalurkan kreativitasnya. Sedikitnya, tahap awal akan membutuhkan sembilan tenaga kerja. Sehingga, kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan negatif dapat diminimalisasi.

Sayang, mesin pencacah bantuan Bapedalda Bali yang ditempatkan di atas lahan seluas 5 are di Subak Lepang itu, untuk sementara belum bisa dioperasikan. Di samping masih mengurus permohonan pemanfaatan lahan, tempat penampungan dan penjemuran sampah plastik pra pengolahan, belum tersedia. Begitu juga dengan tempat penyimpanan hasil cacahan. Gambaran awalnya, harga hasil cacahan nantinya rata-rata dihargai Rp 6 ribu per kilogram. Pasarannya hingga ke Singapura dan Jepang. Sedangkan, pengelola akan menghargai sampah plastik masyarakat Rp 3 ribu per kilogram.Wabup Ngakan Bawa menyatakan dukungannya atas keberadaan mesin pencacah plastik itu. Terkait permohonan tempat penjemuran, penampungan dan sebagainya, dia menyarankan desa adat membuat proposal kemudian diajukan ke pemkab.

Jalan Lintas Takmung-Losan-Lepang Perlu Perhatian

Dibukanya Jalan By-pass IB Mantra yang menghubungkan Denpasar - Gianyar - Klungkung - Karangasem untuk menghindari kemacetan, telah membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif memang jelas, di mana jarak tempuh dari Karangasem menuju Denpasar makin cepat, kemacetan bisa diminimalisasi, tidak ada truk pasir, trailler yang memang tidak diizinkan menggunakan jalur tersebut sehingga berkendaraan lebih nyaman.

Namun, dampak positif ini pasti dibarengi dengan dampak negatif. Dampak negatif dirasakan oleh masyarakat yang berada pada jalan alternatif dari jalan raya ke jalan by-pass. Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat Desa Takmung, Losan, Lepang, Sidayu. Jalan menjadi ramai hampir 24 jam, sehingga kebisingan tiada henti, pengendara juga tak terkontrol karena tidak adanya rambu lalu lintas. Maka dari itu pihak terkait dalam hal ini, kami mohon memasang rambu-rambu lalu lintas tersebut untuk menghindari kecelakaan. Dalam beberapa lama ini juga bangunan makin menjamur di pinggir jalan by-pass, slogan jalur hijau sekadar pemanis bibir belaka.

Terkait hal itu kami telah mengagendakan pesraman kilat guna mengisi liburan Galungan-Kuningan dengan ceramah tertib berlalu lintas di sekitar jalan tersebut pada 1, 8, 15, 22 Agustus 2004 bertempat di balai Banjar Losan dengan menghadirkan anak sekolah dari SD sampai SMA dan dari perguruan tinggi serta warga setempat. Untuk itu bagi yang berminat agar datang sesuai jadwal di atas.

Peristiwa Aneh Terjadi di Pantai Samiana, Gilimanuk

Peristiwa alam agak aneh terjadi di pesisir Pantai Samiana, Gilimanuk, Jembrana. Puluhan meter persegi tanah pantai tiba-tiba anjllok ke laut, kemudian membentuk sebuah palung berkedalaman sekitar 50 meter. Peristiwa alam hampir serupa juga terjadi di Pantai Penyu Lepang, Desa Takmung, Banjarangkan, Klungkung.Kejadian aneh di Pantai Samiana, Gilimanuk, pertama kali dilihat beberapa warga yang tengah memancing di sekitar pantai, Kamis (2/3) sore sekitar pukul 15.30 Wita. Ketut Reta, salah seorang saksi mata menuturkan, dia dan dua orang rekannya yakni Budi dan Gatot, serta sejumlah pemulung, terkejut ketika menyaksikan lahan pesisir tiba-tiba tertarik dan lenyap ke dalam lautan. Padahal, tidak ada gelombang besar yang menghantam. Sebuah pusaran air terlihat berputar-putar di sekitar laut tersebut. "Kejadiannya terus menerus. Setiap saat, sekitar setengah meter tanah lenyap kemudian luruh ke laut," tutur Ketut Reta, Jumat (3/3).

Kejadian ini langsung dilaporkan ke aparat kelurahan, karena dikhawatirkan akan membahayakan. Warga pun datang berbondong-bondong menyaksikan kejadian langka ini. Hingga Jumat kemarin, tanah pasir seluas 70 meter x 50 meter yang biasa digunakan sebagai lapangan bola telah lenyap berubah menjadi palung air. Lahan yang dulunya landai ini sekarang menjadi curam, mirip tebing. Bibir pantai yang Kamis pagi masih jauh di Selatan, sorenya sudah menjorok masuk ke Utara. "Ini sangat aneh. Kalau abrasi, saya kira bukan seperti ini," ujar seorang warga.Khawatir lahan terus anjlok, sejumlah warga kini berjaga-jaga bersama sejumlah aparat kepolisian sambil membangun tenda di dekat lokasi. Mengingat lokasi dianggap perlu diwaspadai, pihak kepolisian juga telah memasang police line di sepanjang pesisir yang anjlok. Warga diimbau untuk tidak mendekati lokasi karena lahan tanah pasir masih terus melorot. Namun, beberapa warga yang mendengar kabar ini, masih saja mendekati lokasi untuk melihat dari dekat.


Aparat kelurahan pun telah melaporkan kejadian ini ke Pemkab Jembrana. "Kami sudah koordinasikan dengan pemkab terutama menyangkut masalah teknis. Apakah nanti perlu mendatangkan ahli atau bagaimana.Sedangkan untuk langkah niskala kami koordinasikan dengan bendesa adat," terang Lurah Gilimanuk, I Nengah Ledang. Bendesa Adat Gilimanuk, Nyoman Sumerta mengungkapkan, pihaknya masih mengkoordinasikan rencana menggelar pecaruan di sekitar lokasi. Pasalnya, dari pawisik yang didapat sebelumnya, kejadian ambrolnya tanah pesisir berkaitan dengan dunia gaib (niskala).Tanpa merinci lebih jauh, Sumerta mengatakan, ada yang kurang pada saat dilakukan upacara mendem pedagingan palinggih Padmacapah yang berdiri di pesisir Barat. Dia juga mengatakan, lahan yang ambrol bersama lahan lainnya di sekitar pesisir yang luasnya 1 hektare, tergolong disakralkan warga setempat. Beberapa warga juga mengatakan areal tersebut dikenal tenget (angker).

Terkait kejadian aneh ini, pihak Pembangkis Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang memiliki dermaga kapal tanker di Selatan lokasi tanah ambrol, langsung melakukan pengukuran. Menurut informasi, lahan yang telah lenyap sudah mencapai 70 meter ke darat, dengan panjang pesisir 50 meter, dan membentuk palung sedalam 50 meter. Hingga berita ini ditulis, warga terus berduyun-duyun menyaksikan kejadian aneh tersebut. Kajadian hampir mirip juga muncul di Pantai Penyu Lepang, Desa Takmung, Banjarangkan, Klungkung. Hektaran tanah sawah milik warga di pantai yang banyak penyu---sehingga disebut Pantai Penyu Lepang---tersebut telah lenyap. "Tanah milik saya kini hanya tinggal tonggak dan bongkol (onggokan bekas) kelapa saja," ungkap I Nyoman Rugig, 70, salah seorang tetua warga setempat, Jumat kemarin.

Ditemui NusaBali di Pantai Penyu Lepang kemarin, Rugig lantas menunjuk lokasi tanahnya yang tinggal tanggul ujung sisi Utaranya. Menurut Rugig, lenyapnya tahan milik warga di pantai ini memang bukan tiba-tiba, tapi tergerus abrasi yang kian mengganas belakangan. Sejak abrasi mengganas tahun 1972-an, bibir Pantai Lepang sudah bergeser sekitar 1 km ke arah Utara. "Karenanya, belasan petani di Lepang sudah kehilangan lahan akibat abrasi tersebut. Banyak tanah mereka sudah ditelan laut," kata Rugig seraya menunjuk ke tengah laut.Hal senada juga disampaikan Bendesa Pekraman Lepang, I Wayan Mudita. Dia memberikan data luas wilayah Desa Lepang yang kini berkurang hampir sepertiganya. Sebelum abrasi mengganas di tahun 1972, luas Desa Pekraman Lepang sekitar 150 ha. "Tapi, saat pengukuran terakhir, hanya tingggal sekitar 92 ha," kata Mudita. Mudita memastikan pengurangan luas tersebut karena faktor abrasi yang terus menerus dan kian ganas. Saking ganasnya, pernah pada 1990 lalu air laut masuk hinggga ke jaba Pura Dalem Sila Pegat, yang lokasinya sekitar 400 meter dari bibir pantai. Ditambahkan Mudita, sekitar tiga bulan lalu juga pernah ada tim survei pantai dari Italia yang datang ke Pantai Penyu Lepang dan Pantai Tegalbesar (sebelah Barat Pantai Penyu Lepang). Hasil survei menunjukkan: kondisi Pantai Penyu Lepang sudah sangat mengkhawatirkan.

Sementara itu, dari pantauan NusaBali kemarin, tak ada pihak terkait baik dari Pemkab Klungkung maupun Pemvrop Bali yang melakukan langkah nyata, termasuk upaya penyelamatan Pantai Penyu Lepang. Padahal, pantai ini dikenal sebagai habitat penyu langka. Di sanalah penyu-penyu kerap bertelor

Jalan Takmung-Lepang Terancam Rusak

Tuntutan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Klungkung agar kontraktor pelaksana proyek jalan Tohpati-Kusamba ikut bertanggung jawab atas kerusakan ruas jalan Banjarangkan-Tegal Besar mendapat respons positif. Melalui surat bernomor:Jl.01.02/102/BTK/III/2004 yang dilayangkan ke Dinas PU Klungkung, Pimpinan Proyek (Pimpro) Ir. I Gede Putu Werdhika Yana menyatakan kesanggupan pihak kontraktor pelaksana (PT AKAS-red) memperbaiki ruas jalan yang rusak akibat lalu lintas kendaraan truk proyek itu. Kepala Dinas PU Klungkung Ir. Ida Bagus Adnyana mengatakan hal itu kepada wartawan, Jumat (16/4) kemarin.

Dengan adanya kesanggupan itu, kata dia, pihaknya meminta kontraktor secepatnya memperbaiki ruas jalan yang mengalami kerusakan sepanjang 2,5 kilometer itu. Pasalnya, warga setempat sudah menuntut agar proses perbaikan itu tidak ditunda lagi. Apalagi, jalur itu sudah tidak dilintasi lagi oleh kendaraan proyek pengangkut material karena aktivitas proyek di sekitar lokasi itu sudah selesai. Ini berarti, tidak ada lagi alasan pembenar bagi kontraktor pelaksana untuk mengabaikan tuntutan masyarakat tersebut. "Perbaikan itu sangat urgen untuk menghindari kerusakan dan kerugian yang lebih besar," tegasnya.Di samping mendesak kontraktor memperbaiki ruas jalan Banjarangkan-Tegal Besar, pihaknya juga meminta kontraktor bersangkutan memperbaiki alinyemen horizontal pemotongan jalan di jalur tersebut. Masalahnya, alinyemen itu dinilai terlalu curam sehingga menggangu kenyamanan pemakai jalan. "Khusus untuk permintaan itu, mereka belum menyatakan kesanggupan tetapi baru sebatas akan melakukan evaluasi," katanya lagi.

Adnyana menambahkan kesanggupan pihak kontraktor itu belum melegakan pihaknya. Setelah jalur Banjarangkan-Tegal Besar "steril" dari lalu lalang kendaraan proyek, aktivitas truk yang mengangkut material hingga puluhan ton itu kini beralih ke jalur Takmung-Lepang. Diperkirakan, ruas jalan ini juga terancam kerusakan parah mengingat jalan yang berstatus jalan kabupaten itu tidak dirancang untuk menahan beban seberat itu."Kami (Dinas PU Klungkung-red) berencana melayangkan surat kepada pimpro agar segala kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas truk proyek di jalur itu juga diperlakukan sama. Artinya, kontraktor pelaksana wajib memperbaiki jalan itu di mana perbaikannya dilakukan setelah aktivitas proyek di sekitar Desa Takmung/Banjar Lepang selesai," tegasnya. Menurut Adnyana, ancaman kerusakan parah untuk ruas jalan Takmung-Lepang sudah bisa dipastikan. Pasalnya, ruas jalan kabupaten itu saat ini seringkali dilewati dump truck pengangkut material untuk proyek jalan arteri Tohpati-Kusamba yang berat totalnya mencapai 30 ton. Padahal, jalan kabupaten itu hanya dirancang mampu menahan beban maksimal 10 ton. Mengingat kerusakan jalan itu berkaitan erat dengan pelaksanaan proyek jalan Tohpati-Kusamba, pihaknya pun menuntut pihak kontraktor bertanggung jawab. "Tanpa ada kesanggupan seperti itu, kami jelas sangat keberatan jika jalan itu dilewati kendaraan proyek. Harus ada jaminan, pihak kontraktor siap memperbaikinya," tegasnya lagi.

Lagi, Tukik Menetas di Lepang

Sekaa Teruna Setia Bhakti, Banjar Lepang, Banjarangkan bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali dan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Klungkung kembali mengulang suksesnya menetaskan puluhan butir telur penyu sisik semu* (Lepidhochelys olivaceae). Sekitar pukul 08.00, Sabtu (28/8) lalu, warga Lepang Ketut Sukadana menemukan beberapa ekor tukik satwa langka itu merayap di atas pasir dari tempat penetasan khusus yang dibangun warga menuju laut. Penetasan khusus yang dikelilingi pagar bambu itu memang senjaga dibangun agak jauh dari garis pantai dengan harapan tidak terkena pengaruh pasang surut air laut sehingga persentase telur yang menetas cukup tinggi.

Menurut staf BKSDA Bali I Gusti Ketut Dana kepada Bali Post, jumlah telur penyu yang sudah menetas diperkirakan puluhan butir.Dana mengatakan, telur-telur penyu itu menetas lebih awal tiga hari dari jadwal yang diperkirakan. Warga memergoki induk penyu itu bertelur 12 Juli lalu dan pihak BKSDA memperkirakan telur-telur itu baru menetas Selasa (31/9) besok.Dia menambahkan total telur yang diletakkan induk penyu mencapai 89 butir. Dari segi bentuk, ukuran, maupun penampakan fisik lainnya, seluruh telur itu sempurna alias tidak ada yang cacat sehingga persentase keberhasilan penetasan diperkirakan relatif tinggi.Sebenarnya ada dua ekor induk penyu sisik semu yang bertelur pada 12 Juli lalu. Sayang, salah satu dari kumpulan telur di sarang penyu itu tidak berhasil diselamatkan warga karena keburu diobrak-abrik anjing.

Tukik-tukik yang berhasil ditangkap sudah dilepas Sabtu (28/8) lalu. Kendati begitu, pihaknya optimis masih ada sejumlah tukik yang sudah menetas tetapi belum bisa keluar dari sarang. Sementara beberapa butir telur lainnya diperkirakan belum menetas dan masih ada peluang untuk menetas.

Rabu, 17 Oktober 2007

Pura Besakih


Pura Besakih adalah sebuah komplek Pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karang asem , Bali Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 18 Pura dan 1 Pura Utama. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca utamaTri Murti Brahma,Wisnu dan Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur.

Filosofi

Keberadaan fisik bangunan Pura Besakih, tidak sekedar menjadi tempat ibadah terbesar di pulau Bali, namun di dalamnya memiliki keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung. Sebuah gunung tertinggi di pulau Bali yang dipercaya sebagai arwah serta alam para Dewata . Sehingga tepatlah kalau di lereng Barat Daya Gunung Agung dibuat bangunan suci Pura Besakih yang bermakna filosofis.

Makna filosofis yang terkadung di Pura Besakih dalam perkembangannya mengandung unsur-unsur kebudayaan yang meliputi:

  1. Sistem pengetahuan,
  2. Peralatan hidup dan teknologi,
  3. Organisasi sosial kemasyarakatan,
  4. Mata pencaharian hidup,
  5. Sistem bahasa,
  6. Religi dan upacara, dan
  7. Kesenian.

Ketujuh unsur kebudayaan itu diwujudkan dalam wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Hal ini sudah muncul baik pada masa pra-Hindu maupun masa Hindu yang sudah mengalami perkembangan melalui tahap mitis, tahap ontologi dan tahap fungsional.

Objek penelitian

Pura Besakih sebagai objek penelitian berkaitan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat yang berada di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali. Berdasar sebuah penelitian, bangunan fisik Pura Besakih telah mengalami perkembangan dari kebudayaan pra - hindu dengan bukti , Punden berundak-undak, arca, yang berkembang menjadi bangunan berupa Meru, pelinggih, gedong maupun padmasana sebagai hasil kebudayaan masa Hindu. Latar belakang keberadaan bangunan fisik Pura Besakih di lereng Gunung Agung adalah sebagai tempat ibadah untuk menyembah Dewa yang dikonsepsikan gunung tersebut sebagai istana Dewa tertinggi.

Pada tahapan fungsional manusia Bali menemukan jati dirinya sebagai manusia homo religius dan mempunyai budaya yang bersifat sosial religius, bahwa kebudayaan yang menyangkut aktivitas kegiatan selalu dihubungkan dengan ajaran Agama Hindu. Dalam budaya masyarakat Hindu Bali, ternyata makna Pura Besakih diidentifikasi sebagai bagian dari perkembangan budaya sosial masyarakat Bali dari mulai pra-Hindu yang banyak dipengaruhi oleh perubahan unsur-unsur budaya yang berkembang, sehingga mempengaruhi perubahan wujud budaya ide, wujud budaya aktivitas, dan wujud budaya material. Perubahan tersebut berkaitan dengan ajaran Tattwa yang menyangkut tentang konsep ketuhanan, ajaranTata - susila yang mengatur bagaimana umat Hindu dalam bertingka laku, dan ajaranUpacara merupakan pengaturan dalam melakukan aktivitas ritual persembahan dari umat kepada tuhanNya, sehingga ketiga ajaran tersebut merupakan satu kesatuan dalam ajaran Agama Hindu di Bali.

Pura Goa Lawah

Ava divas tarayanti
Sapta suryasya rasmayah.
Apah samudrriya dharaah. (Atharvaveda VII.107.1).

Maksudnya: Sinar tujuh matahari itu menguapkan secara alami air laut ke langit biru. Kemudian dari langit biru itu hujan diturunkan ke bumi.Tuhan menciptakan alam dengan hukum-hukumnya yang disebut rta. Matahari bersinar menyinari bumi. Air adalah unsur terbesar yang membangun bumi ini.

Demikianlah sinar matahari dengan panasnya menyinari bumi termasuk air laut dengan sangat teratur. Itulah hukum alam ciptaan Tuhan. Air laut yang terkena sinar matahari menguap ke langit biru. Air laut yang kena sinar matahari itu menguap menjadi mendung. Karena hukum alam itu juga mendung menjadi hujan. Air hujan yang jatuh di gunung akan tersimpan dengan baik kalau hutannya lebat. Dari proses ala ciptaan Tuhan inilah ada kesuburan di bumi. Bumi yang subur itulah sumber kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Semuanya itu terjadi karena rta yaitu hukum alam ciptaan Tuhan. Alangkah besarnya karunia Tuhan kepada umat manusia. Itulah hutang manusia kepada Tuhan. Manusia akan sengsara kalau proses alam berdasarkan rta itu diganggu.Untuk menanamkan sikap hidup tidak merusak proses alam itulah Tuhan dipuja sebagai Dewa Laut. Dalam tradisi Hindu di Bali Tuhan sebagai Dewa Laut itu disebut ''Bhatara Tengahing Segara''. Di Bali Pura Goa Lawah merupakan Pura untuk memuja Tuhan sebagai Dewa Laut. Pura Goa Lawah di Desa Pesinggahan Kecamatan Dawan, Klungkung inilah sebagai pusat Pura Segara di Bali untuk memuja Tuhan sebagai Dewa Laut. Dalam Lontar Prekempa Gunung Agung diceritakan Dewa Siwa mengutus Sang Hyang Tri Murti untuk menyelamatkan bumi. Dewa Brahma turun menjelma menjadi Naga Ananta Bhoga. Dewa Wisnu menjelma sebagai Naga Basuki. Dewa Iswara menjadi Naga Taksaka. Naga Basuki penjelmaan Dewa Wisnu itu kepalanya ke laut menggerakan samudara agar menguap menajdi mendung. Ekornya menjadi gunung dan sisik ekornya menjadi pohon-pohonan yang lebat di hutan. Kepala Naga Basuki itulah yang disimbolkan dengan Pura Goa Lawah dan ekornya menjulang tinggi sebagai Gunung Agung. Pusat ekornya itu di Pura Goa Raja, salah satu pura di kompleks Pura Besakih. Karena itu pada zaman dahulu goa di Pura Goa Raja itu konon tembus sampai ke Pura Goa Lawah. Karena ada gempa tahun 1917, goa itu menjadi tertutup.

Keberadaan Pura Goa Lawah ini dinyatakan dalam beberapa lontar seperti Lontar Usana Bali dan juga Lontar Babad Pasek. Dalam Lontar tersebut dinyatakan Pura Goa Lawah itu dibangun atas inisiatif Mpu Kuturan pada abad ke XI Masehi dan kembali dipugar untuk diperluas pada abad ke XV Masehi. Dalam Lontar Usana Bali dinyatakan bahwa Mpu Kuturan memiliki karya yang bernama ''Babading Dharma Wawu Anyeneng' yang isinya menyatakan tentang pendirian beberapa Pura di Bali termasuk Pura Goa Lawah dan juga memuat tahun saka 929 atau tahun 107 Masehi. Umat Hindu di Bali umumnya melakukan Upacara Nyegara Gunung sebagai penutup upacara Atma Wedana atau disebut juga Nyekah, Memukur atau Maligia.

Upacara ini berfungsi sebagai pemakluman secara ritual sakral bahwa atman keluarga yang diupacarai itu telah mencapai Dewa Pitara. Upacara Nyegara Gunung itu umumnya di lakukan di Pura Goa Lawah dan Pura Besakih salah satunya ke Pura Goa Raja.Pura Besakih di lereng Gunung Agung dan Pura Goa Lawah di tepi laut adalah simbol lingga yoni dalam wujud alam. Lingga yoni ini adalah sebagai simbol untuk memuja Tuhan yang salah satu kemahakuasaannya mempertemukan unsur purusa dengan predana. Bertemunya purusa sebagai unsur spirit dengan predana sebagai unsur meteri menyebabkan terjadinya penciptaan. Demikiankah Gunung Agung sebagai simbol purusa dan Goa Lawah sebagai simbol pradana. Hal ini untuk melukiskan proses alam di mana air laut menguap menjadi mendung dan mendung menjadi hujan. Hujan ditampung oleh gunung dengan hutannya yang lebat. Itulah proses alam yang dilukiskan oleh dua alam itu. Proses alam itu terjadi atas hukm Tuhan. Karena itulah di tepi laut di Desa Pesinggahan dirikan Pura Goa Lawah dan di Gunung Agung dirikan Pura Besakih dengan 18 kompleksnya yang utama. Di Pura itulah Tuhan dipuja guna memohon agar proses alam tersebut tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya. Karena dengan berjalannya proses itu alam ini tetap akan subur memberi kehidupan pada umat manusia.

Pujawali atau piodalan di Pura Goa Lawah ini untuk memuja Bhatara Tengahing Segara dan Sang Hyang Basuki dilakukan setiap Anggara Kasih Medangsia. Di jeroan Pura, tepatnya di mulut goa terdapat pelinggih Sanggar Agung sebagai pemujaan Sang Hyang Tunggal. Ada Meru Tumpang Tiga sebagai pesimpangan Bhatara Andakasa. Ada Gedong Limasari sebagai Pelinggih Dewi Sri dan Gedong Limascatu sebagai Pelinggih Bhatara Wisnu. Dua pelinggih inilah sebagai pemujaan Tuhan sebagai Sang Hyang Basuki dan Bhatara Tengahing Segara.

Selasa, 16 Oktober 2007

Link / Url Yang mungkin berguna bagi temen - temen

LEMBAGA TINGGI NEGARA

  1. Majelis Permusyawaratan Rakyat/ MPR
    - http://www.mpr.go.id
  2. Dewan Perwakilan Rakyat/ DPR
    - http://www.dpr.go.id
  3. Dewan Pertimbangan Agung (DPA)
    - http://www.dpa.go.id
  4. Badan Pemeriksa Keuangan
    - http://www.bpk.go.id
  5. Mahkamah Agung
    - http://www.mari.go.id
  6. Presiden Republik Indonesia
    - http://www.ri.go.id

KEMENTERIAAN KOORDINATOR

1. Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan
- http://www.polkam.go.id

2. Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian
- http://www.ekon.go.id

DEPARTEMEN

  1. Departemen Dalam Negeri
    - http://www.depdagri.go.id
  2. Departemen Agama
    - http://www.depag.go.id
  3. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral
    - http://www.esdm.go.id
  4. Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia
    - http://www.depkehham.go.id
  5. Departemen Kehutanan
    - http://www.dephut.go.id
  6. Departemen Kelautan dan Perikanan
    - http://www.dkp.go.id
  7. Departemen Kesehatan
    - http://www.depkes.go.id
  8. Departemen Keuangan
    - http://www.depkeu.go.id
  9. Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan
    - http://www.depkeu.go.id
  10. Ditjen Perimbangan Keuangan Pusat
    - http://www.djpkpd.go.id
  11. Ditjen Lembaga Keuangan Departemen Keuangan
    - http://www.djlk.depkeu.go.id
  12. Badan Analisa Fiskal Departemen Keuangan
    - http://www.fiskal.depkeu.go.id
  13. Ditjen Bea dan Cukai Departemen Keuangan
    - http://www.beacukai.go.id
  14. Departemen Luar Negeri
    - http://www.deplu.go.id
  15. Departemen Pendidikan Nasional
    - http://www.pdk.go.id
  16. Departemen Perhubungan
    - http://www.dephub.go.id
  17. Departemen Perindustrian dan Perdagangan
    - http://www.dprin.go.id
  18. Departemen Pemukiman dan Prasarana
    - http://www.kimpraswil.go.id
  19. Departemen Pertahanan
    - http://www.dephan.go.id
  20. Tentara Nasional Indonesia
    - http://www.abri.mil.id
  21. TNI - Angkatan Laut
    - http://www.tnial.mil.id
  22. TNI - Angkatan Udara
    - http://www.tni-au.mil.id
  23. TNI - Angkatan darat
    - http://www.mabesad.mil.id
  24. Departemen Pertanian
    - http://www.deptan.go.id
  25. Departemen Sosial
    - http://www.depsos.go.id
  26. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
    - http://www.nakertrans.go.id

Memaknai Hari Raya Galungan


Hari raya Galungan yang merupakan hari raya besar bagi Umat Hindu diperingati setlap 210 hari berdasarkan perhitungan pawukon yakni jatuh pada hari Rabu pancawara Kliwon, wuku Dungulan. Peringatan hari raya dalam agama Hindu menggunakan perhitungan sebagai berikut :

  1. Berdasar sasih, melihat peredaran bulan di langit jatuh setiap tahun seperti hari-hari raya Nyepi, Siwalatri bila dihitung kurang lebih setiap 365 hari.
  2. Berdasarkan pawukon, yang diperingati setiap 210 hari seperti hari rayaGalungan,Kuningan,Pagerwesi dan Saraswati.

Hari Raya Galungan mempunyai makna memperingati kemenangan Dharma melawan Adharma, secara rohani manusia mengendalikan hawa nafsu yang sifatnya mengganggu ketentraman batin yang nantinya berekspresi dalam kegiatan sehari-hari baik secara individu maupun kelompok. Hawa nafsu dalam diri kita dikenal dengan nama Kalatiga yakni tiga macam kala secara hersama-sama dimulai sejak hari Minggu sehari sebelum penyajaan, hari Senin dan berakhir hari Selasa (Penampahan Galungan). Yang dimaksud tiga kala yakni:

  1. Kala Amangkurat yakni nafsu yang selalu ingfn berkuasa, ingin menguasai segala keinginan secara batiniah dan nafsu ingin memerintah bila tidak terkendali tumbuh menjadi nafsu serakah untuk mempertahankan kekuasaan sekalipun menyimpang dati kebenaran.
  2. Kala Dungulan yang berarti segala nafsu untuk mengalahkan semua yang dikuasai oleh ternan kita atau orang lain
  3. Kala Galungan yakni nafsu untuk menang dengan berbagai dalih dan cara yang tidak sesuai dengan norma maupun etika agama.

Hari raya Galungan memang dirayakan sebagai hari raya kemenangan Dharma melawan Adharma, kalahnya keangkaramurkaan yang oleh Mpu Sedah disebut sebagai "Kadung gulaning parangmuka" lebih jauh dijelaskan musuh yang dimaksud adalah musuh-musuh yang ada pada diri manusia yang terlebih dahulu harus dikalahkan. Musuh dimaksud adalah : kenafsuan (kama), kemarahan (kroda), keserakahan (mada), irihati (irsya) atau semua tergolong dalam Sadripu maupun Satpa Timira. Sebagaimana kita ketahui kisah tersebut telah tertliang dal,am kitab mahabharata yang termasuk ltihasa sangat utama dalam sastra Hindu.

Dalam kitab tersebut tertulis beiapa perjuangan Pandawa dalam memerangi Adharma untuk menegakkan Dharma. Sang Darma Wangsa adalah keluarga yang selalu menegakkan dharma beliau bekerja, berjuang dan berkeyakinan bahwa kebenaran akan selalu menang (Satyam eva Jayate). Lain halnya dengan maha kawi Danghyang Nirartha, beliau melahirkan sebuah karya kekawin Maya Danawantaka, Dalam ceritanya dikisahkan seorang pertapa yang teguh melaksanakan tapa di punggung gunung Ksitipogra dan pusat pemerintahannya diseputaran danau Batur daerah Kintamani, Bangli di Bali. Setelah dia mendapat anugrah dalam pertapaannya ternyata kelobaannya menjadi-jadi, sehingga rakyatnya di wilayah pemerintahannya menjadi ketakutan, Si Mayadanawa tidak hanya mengumpulkan emas, kekayaan, dia melarang melakukan yadnya, bersama tentaranya merusak, mengacau, menyakiti, menghina sastra dan ajaran agama.

Salah Satu Obyek Wisata di Klungkung


Tugu atau bangunan ini menjulang tinggi setinggi 28 meter dari alas/dasar bangunan di tengah-tengah kota Semarapura berbentuk Lingga-Yoni yang dibangun pada areal seluas 123 meter persegi, diberi nama Monumen Puputan Klungkung yang peresmiannya dilakukan oleh Bapak Menteri Dalam Negeri pada tanggal 28 April 1992. Seluruh bangunan monumen tersebut dibuat dengan batu hitam sehingga selaras dengan makna filsafat Hindu yaitu puputan atau perang habis-habisan yang dilakukan oleh putra-putri terbaik kerajaan klungkung bersama-sama dengan rakyatnya.

Lokasi
Monumen puputan Klungkung terletak ditengah-tengah Kota Semarapura sehingga mudah dicapai dengan baik dari arah Denpasar, Besakih, Candi Dasa, karena berdiri di pinggiran jalur lalu lintas yang ramai. Letak monumen Puputan Klungkung sangat strategis karena berdekatan dengan Kertha Gosa/Taman Gili, Pusat Pertokoan, Pasar Tradisional dan Kantor Pemerintah.

Kunjungan
Sejak dibukanya Monumen Puputan Klungkung telah banyak dikunjungi oleh wisatawan baik nusantara maupun mancanegara.

Deskripsi
Bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa-jasa pahlawannya, demikian untaian kata-kata yang menjadikan motivasi Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Klungkung dalam membangun monumen Puputan Klungkung guna mengenang dan menghargai jasa-jasa para pahlawan ksatria yang telah gugur dan rela mengorbankan jiwa raganya serta harta bendanya dalam mempertahankan dan menjunjung harga diri serta martabat nusa dan bangsa dari perkosaan oleh kolonial. Monumen Puputan Klungkung yangmerupakan Tugu peringatan dari suatu peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari selasa Umanis tanggal 28 April 1908 dan pada areal monumen tersebut telah terjadi/pernah terjadi puputan atau perang habis-habisan yang merupakan satu bukti perlawanan gigih melawan usaha-usaha penjajah Belanda dalam menancapkan kuku-kuku imprealismenya. Rakyat Klungkung yang cinta kemerdekaan sangat menghormati dan menjunjung tinggi keluhuran dan kesucian tumpah darah dibawah pimpinan seorang raja yang berkuasa pada waktu itu dan diikuti para bahudanda yang setia telah gugur bergelimang darah akibat hantaman peluru-peluru Belanda. Itulah Klungkung yang walaupun wilayahnya hanyalah setitik kecil dari wilayah persada nusantara, namun sanggup menjunjung dan memegang teguh jiwa heroisme dan patriotisme melalui perang puputan. Monumen Klungkung berbentuk Lingga dan yoni didirikan di atas areal seluas 123 meter persegi, dilengkapi dengan 4 buah balai bengong pada sdudut-sudut halamannya. Bagian baweah lingga terdapat ruangan yang sangat besar berupa gedung persegi empat yang berpintu masuk berupa gapura sebanyak 4 buah yakni satu dari timur, satu dari selatan, satu dari barat dan satu lagi dari utara. Ketinggian monumen itu dari dasar sampai ke puncak lingga adalah 28 m. Sedangkan antara gedung/ruang bawah dengan lingga terdapat semmacam bangunan kubah bersegi delapan dialasi kembang-kembang teratai sebanyak 19 buah. Ini keseluruhannya mencerminkan tanggal 28 april 1908. Puputan Klungkung itu kini diperingati setiap tahun. Sedangkan di dalam ruangan monumen dilengkapi dengan diorama, yang menggambarkan perjuangan rakyat Klungkung bersama rajanya.

TEMPAT WISATA LAIN NYA :
- Pura Taman Sari
- Goa Jepang
- Desa Tihingan
- Kertagosa
- Desa Wisata Kamasan
- Pantai Kusamba
- Nusa Penida
- Suana
- Karang Bolong
- Lembongan & Jungut Batu
- Pantai Atuh
- Teluk Sebila & Labuan Ampuak
- Lila Arsana
- Musium Nyoman Gunarsa
- Desa Budaga

Sejarah Semarapura

Pengungkapan sejarah Klungkung dalam periode tertentu yaitu dari smarapura
Sampai Puputan Klungkung , berlangsung selama 222 tahun diharapkan dapat membuka bidang penelitian dan penulisan sejarah lokal Indonesia. Kerajaan Klungkung berdiri bersamaan dengan dibangunnya kroton Smarapura tahun 1686
Dan diakhiri dengan Puputan Klungkung tahun 1908 sebagai Kerajaan terakhir di Bali yang melakukan perlawanan dengan cara puputan dalam mempertahankan eksistensinya sebagai kerajaan yang merdeka terhadap meluasnya praktek politik kolonial Belanda di Nusantara. Dengan mengungkap sejarah Klungkung secara perosesual dan secara struktural maka kerangka sejarah lokal di indonesia akan makin tampak variasinya disetiap lokal. Tiap - tiap lokal memiliki cara - caranya sendiri untuk membangun kerajaannya dan kemudian mengadakan perlawanan terhadap kolonialisme di Indonesia.

Beberapa permasalahan yang telah diajukan pada bab pendahuluan perlu diberikan kerangka pemecahan. Pengungkapan masalah-masalah proses berdirinya kerajaan Klungkung, struktur pemerintahan kerajaan, hubungan kerajaan Klungkung terhadap kolonialisme Belanda, semuanya bertuijuan ingin memahami sikap para pelaku sejarah kerajaan atau dinamika intern kerajaan Klungkung pada jamannya. Di situ tampak juga sikap- sikap yang reaktip dan selektip pada jamannya. Ia akan terikat kepada tiga dimensi waktu yaitu waktu lampau, waktu sekarang, dan waktu yang akan datang.

Dua makna dapat dipetik dari pengungkapan sejarah Klungkung dalam kesimpulan ini dan sekaligus dimaksud untuk memberi pemecahannya, yaitu sejarah Klungkung dalam kerangka sejarah Indonesia, dan sejarah Klungkung adalah satu bentuk kepribadian bangsa Indonesia. Makna pertama menitik beratkan kepada dimensi waktu lampau untuk memetik niali-nilai historis dalam konteks sejarah Indonesia. Sedangkan makna ke dua lebih menekankan pada dimensi waktu sekarang dan yang akan datang untuk memetik nilai-nilai di dalam sejarah Klungkung terutama nilai puputan sebagai satu bentuk kepribadian bangsa Indonesia yang bermanfaat dalam mengisi kemerdekaan dengan segala aktivis yang dilancarkan seperti pembangunan danmodernisasi itu sendiri. Oleh karena pembangunan dan modernisasi yang diterapkan senantiasa mempunyai implikasi etis, maka perlu dikembangkan pembangunan dan modernisasi yang berwajah manusiawi. Salah satu nilai manusiawi atau kepribadian nasional dapat digaliu dari sejarah daerahnya.

Profil Kabupaten Klungkung


Kabupaten Klungkung merupakan Kabupaten yang paling kecil dari 9 (sembilan) Kabupaten dan Kodya di Bali, terletak diantara 115 ° 27 ' - 37 '' 8 ° 49 ' 00 ''. Lintang Selatan dengan batas-batas disebelah utara Kabupaten Bangli. Sebelah Timur Kabupaten Karangasem, sebelah Barat Kabupaten Gianyar, dan sebelah Selatan Samudra India, denganluas:315Km². Wilayah Kabupaten Klungkung sepertiganya ( 112,16 Km ²) terletak diantara pulau Bali dan dua pertiganya ( 202,84 Km ² lagi merupakan kepulauan yaitu: Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan

Penggunaan lahan di Kabupaten Klungkung terdiri dari lahan sawah 4.013 hektar, lahan kering 9.631 hektar, hutan negara 202 hektar, perkebunan 10.060 hektar dan lain-lain7.594 hektar. Kabupaten Klungkung merupakan dataran pantai sehingga potensi perikanan laut.Panjang pantainya sekitar 90 Km yang terdapat di Klungkung daratan 20Km dan Kepulauan NusaPenida 70Km. Permukaan tanah pada umumnya tidak rata, bergelombang bahkan sebagian besar berupa bukit-bukit terjal yang kering dan tandus.

Hanya sebagian kecil saja merupakan dataran rendah.Tingkat kemiringan tanah diatas 40 % (terjal) adalah seluas 16,47 Km2 atau 5,32 % dari Kabupaten Klungkung.Bukit dan gunung tertinggi bernama Gunung Mundi yang terletak di Kecamatan Nusa Penida. Sumber air adalah mata air dan sungai hanya terdapat di wilayah daratan Kabupaten Klungkung yang mengalir sepanjang tahun. Sedangkan di Kecamatan Nusa Penida sama sekali tidak ada sungai.Sumber air di Kecamatan Nusa Penida dalah mata air da air hujan yang ditampung dalam cubang oleh penduduk setempat.Kabupaten Klungkung termasuk beriklim tropis .Bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering antara Kecamatan Nusa Penida dan Kabupaten Klungkung daratan sangat berbeda.

Minggu, 14 Oktober 2007

Samsons - Luluh

Saat terindah saat bersamamu
begitu lelapnya aku pun terbuai
sebenarnya aku tlah berharap
ku kan memiliki dirimu selamanya

Reff:
Segenap hatiku luluh lantah
mengiringi dukaku yang kehilangan dirimu
sungguh ku tak mampu tuk meredam
kepedihan hatiku untuk merelakan kepergianmu

Ingin kuyakini cinta takkan berakhir
namun takdir menuliskan
Kita harus berakhir