Minggu, 28 Oktober 2007

Mendaur Ulang Plastik di Lepang

TIDAK sia-sia, Desa Lepang, Takmung, memperoleh predikat desa sadar lingkungan. Dengan predikat itu, daerah bagian selatan Klungkung itu akhirnya ditunjuk sebagai pilot project daur ulang sampah plastik oleh Bapedalda Propinsi Bali.Bapedalda menyumbang mesin pencacah yang harganya mencapai puluhan juta rupiah. Tidak hanya itu, Bapedalda juga menyerahkan bantuan uang tunai untuk pengoperasian awal sebesar Rp 4 juta.

Di hadapan Wakil Bupati Klungkung, Ngakan Bawa, serta jajarannya yang meninjau di sela-sela kegiatan PSN massal, Jumat (10/2) kemarin, Bendesa Adat Lepang Nyoman Mudita didampingi Camat Banjarangkan, Komang Alit Artha Sedana, menjelaskan bantuan mesin pencacah itu sebenarnya diserahkan kepada desa adat. Namun, pengoperasiannya diserahkan kepada sekaa teruna setempat dengan tetap berkoordinasi dengan desa adat. Dengan harapan, sekaa teruna mendapat lapangan pekerjaan sekaligus menyalurkan kreativitasnya. Sedikitnya, tahap awal akan membutuhkan sembilan tenaga kerja. Sehingga, kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan negatif dapat diminimalisasi.

Sayang, mesin pencacah bantuan Bapedalda Bali yang ditempatkan di atas lahan seluas 5 are di Subak Lepang itu, untuk sementara belum bisa dioperasikan. Di samping masih mengurus permohonan pemanfaatan lahan, tempat penampungan dan penjemuran sampah plastik pra pengolahan, belum tersedia. Begitu juga dengan tempat penyimpanan hasil cacahan. Gambaran awalnya, harga hasil cacahan nantinya rata-rata dihargai Rp 6 ribu per kilogram. Pasarannya hingga ke Singapura dan Jepang. Sedangkan, pengelola akan menghargai sampah plastik masyarakat Rp 3 ribu per kilogram.Wabup Ngakan Bawa menyatakan dukungannya atas keberadaan mesin pencacah plastik itu. Terkait permohonan tempat penjemuran, penampungan dan sebagainya, dia menyarankan desa adat membuat proposal kemudian diajukan ke pemkab.

Jalan Lintas Takmung-Losan-Lepang Perlu Perhatian

Dibukanya Jalan By-pass IB Mantra yang menghubungkan Denpasar - Gianyar - Klungkung - Karangasem untuk menghindari kemacetan, telah membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif memang jelas, di mana jarak tempuh dari Karangasem menuju Denpasar makin cepat, kemacetan bisa diminimalisasi, tidak ada truk pasir, trailler yang memang tidak diizinkan menggunakan jalur tersebut sehingga berkendaraan lebih nyaman.

Namun, dampak positif ini pasti dibarengi dengan dampak negatif. Dampak negatif dirasakan oleh masyarakat yang berada pada jalan alternatif dari jalan raya ke jalan by-pass. Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat Desa Takmung, Losan, Lepang, Sidayu. Jalan menjadi ramai hampir 24 jam, sehingga kebisingan tiada henti, pengendara juga tak terkontrol karena tidak adanya rambu lalu lintas. Maka dari itu pihak terkait dalam hal ini, kami mohon memasang rambu-rambu lalu lintas tersebut untuk menghindari kecelakaan. Dalam beberapa lama ini juga bangunan makin menjamur di pinggir jalan by-pass, slogan jalur hijau sekadar pemanis bibir belaka.

Terkait hal itu kami telah mengagendakan pesraman kilat guna mengisi liburan Galungan-Kuningan dengan ceramah tertib berlalu lintas di sekitar jalan tersebut pada 1, 8, 15, 22 Agustus 2004 bertempat di balai Banjar Losan dengan menghadirkan anak sekolah dari SD sampai SMA dan dari perguruan tinggi serta warga setempat. Untuk itu bagi yang berminat agar datang sesuai jadwal di atas.

Peristiwa Aneh Terjadi di Pantai Samiana, Gilimanuk

Peristiwa alam agak aneh terjadi di pesisir Pantai Samiana, Gilimanuk, Jembrana. Puluhan meter persegi tanah pantai tiba-tiba anjllok ke laut, kemudian membentuk sebuah palung berkedalaman sekitar 50 meter. Peristiwa alam hampir serupa juga terjadi di Pantai Penyu Lepang, Desa Takmung, Banjarangkan, Klungkung.Kejadian aneh di Pantai Samiana, Gilimanuk, pertama kali dilihat beberapa warga yang tengah memancing di sekitar pantai, Kamis (2/3) sore sekitar pukul 15.30 Wita. Ketut Reta, salah seorang saksi mata menuturkan, dia dan dua orang rekannya yakni Budi dan Gatot, serta sejumlah pemulung, terkejut ketika menyaksikan lahan pesisir tiba-tiba tertarik dan lenyap ke dalam lautan. Padahal, tidak ada gelombang besar yang menghantam. Sebuah pusaran air terlihat berputar-putar di sekitar laut tersebut. "Kejadiannya terus menerus. Setiap saat, sekitar setengah meter tanah lenyap kemudian luruh ke laut," tutur Ketut Reta, Jumat (3/3).

Kejadian ini langsung dilaporkan ke aparat kelurahan, karena dikhawatirkan akan membahayakan. Warga pun datang berbondong-bondong menyaksikan kejadian langka ini. Hingga Jumat kemarin, tanah pasir seluas 70 meter x 50 meter yang biasa digunakan sebagai lapangan bola telah lenyap berubah menjadi palung air. Lahan yang dulunya landai ini sekarang menjadi curam, mirip tebing. Bibir pantai yang Kamis pagi masih jauh di Selatan, sorenya sudah menjorok masuk ke Utara. "Ini sangat aneh. Kalau abrasi, saya kira bukan seperti ini," ujar seorang warga.Khawatir lahan terus anjlok, sejumlah warga kini berjaga-jaga bersama sejumlah aparat kepolisian sambil membangun tenda di dekat lokasi. Mengingat lokasi dianggap perlu diwaspadai, pihak kepolisian juga telah memasang police line di sepanjang pesisir yang anjlok. Warga diimbau untuk tidak mendekati lokasi karena lahan tanah pasir masih terus melorot. Namun, beberapa warga yang mendengar kabar ini, masih saja mendekati lokasi untuk melihat dari dekat.


Aparat kelurahan pun telah melaporkan kejadian ini ke Pemkab Jembrana. "Kami sudah koordinasikan dengan pemkab terutama menyangkut masalah teknis. Apakah nanti perlu mendatangkan ahli atau bagaimana.Sedangkan untuk langkah niskala kami koordinasikan dengan bendesa adat," terang Lurah Gilimanuk, I Nengah Ledang. Bendesa Adat Gilimanuk, Nyoman Sumerta mengungkapkan, pihaknya masih mengkoordinasikan rencana menggelar pecaruan di sekitar lokasi. Pasalnya, dari pawisik yang didapat sebelumnya, kejadian ambrolnya tanah pesisir berkaitan dengan dunia gaib (niskala).Tanpa merinci lebih jauh, Sumerta mengatakan, ada yang kurang pada saat dilakukan upacara mendem pedagingan palinggih Padmacapah yang berdiri di pesisir Barat. Dia juga mengatakan, lahan yang ambrol bersama lahan lainnya di sekitar pesisir yang luasnya 1 hektare, tergolong disakralkan warga setempat. Beberapa warga juga mengatakan areal tersebut dikenal tenget (angker).

Terkait kejadian aneh ini, pihak Pembangkis Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang memiliki dermaga kapal tanker di Selatan lokasi tanah ambrol, langsung melakukan pengukuran. Menurut informasi, lahan yang telah lenyap sudah mencapai 70 meter ke darat, dengan panjang pesisir 50 meter, dan membentuk palung sedalam 50 meter. Hingga berita ini ditulis, warga terus berduyun-duyun menyaksikan kejadian aneh tersebut. Kajadian hampir mirip juga muncul di Pantai Penyu Lepang, Desa Takmung, Banjarangkan, Klungkung. Hektaran tanah sawah milik warga di pantai yang banyak penyu---sehingga disebut Pantai Penyu Lepang---tersebut telah lenyap. "Tanah milik saya kini hanya tinggal tonggak dan bongkol (onggokan bekas) kelapa saja," ungkap I Nyoman Rugig, 70, salah seorang tetua warga setempat, Jumat kemarin.

Ditemui NusaBali di Pantai Penyu Lepang kemarin, Rugig lantas menunjuk lokasi tanahnya yang tinggal tanggul ujung sisi Utaranya. Menurut Rugig, lenyapnya tahan milik warga di pantai ini memang bukan tiba-tiba, tapi tergerus abrasi yang kian mengganas belakangan. Sejak abrasi mengganas tahun 1972-an, bibir Pantai Lepang sudah bergeser sekitar 1 km ke arah Utara. "Karenanya, belasan petani di Lepang sudah kehilangan lahan akibat abrasi tersebut. Banyak tanah mereka sudah ditelan laut," kata Rugig seraya menunjuk ke tengah laut.Hal senada juga disampaikan Bendesa Pekraman Lepang, I Wayan Mudita. Dia memberikan data luas wilayah Desa Lepang yang kini berkurang hampir sepertiganya. Sebelum abrasi mengganas di tahun 1972, luas Desa Pekraman Lepang sekitar 150 ha. "Tapi, saat pengukuran terakhir, hanya tingggal sekitar 92 ha," kata Mudita. Mudita memastikan pengurangan luas tersebut karena faktor abrasi yang terus menerus dan kian ganas. Saking ganasnya, pernah pada 1990 lalu air laut masuk hinggga ke jaba Pura Dalem Sila Pegat, yang lokasinya sekitar 400 meter dari bibir pantai. Ditambahkan Mudita, sekitar tiga bulan lalu juga pernah ada tim survei pantai dari Italia yang datang ke Pantai Penyu Lepang dan Pantai Tegalbesar (sebelah Barat Pantai Penyu Lepang). Hasil survei menunjukkan: kondisi Pantai Penyu Lepang sudah sangat mengkhawatirkan.

Sementara itu, dari pantauan NusaBali kemarin, tak ada pihak terkait baik dari Pemkab Klungkung maupun Pemvrop Bali yang melakukan langkah nyata, termasuk upaya penyelamatan Pantai Penyu Lepang. Padahal, pantai ini dikenal sebagai habitat penyu langka. Di sanalah penyu-penyu kerap bertelor

Jalan Takmung-Lepang Terancam Rusak

Tuntutan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Klungkung agar kontraktor pelaksana proyek jalan Tohpati-Kusamba ikut bertanggung jawab atas kerusakan ruas jalan Banjarangkan-Tegal Besar mendapat respons positif. Melalui surat bernomor:Jl.01.02/102/BTK/III/2004 yang dilayangkan ke Dinas PU Klungkung, Pimpinan Proyek (Pimpro) Ir. I Gede Putu Werdhika Yana menyatakan kesanggupan pihak kontraktor pelaksana (PT AKAS-red) memperbaiki ruas jalan yang rusak akibat lalu lintas kendaraan truk proyek itu. Kepala Dinas PU Klungkung Ir. Ida Bagus Adnyana mengatakan hal itu kepada wartawan, Jumat (16/4) kemarin.

Dengan adanya kesanggupan itu, kata dia, pihaknya meminta kontraktor secepatnya memperbaiki ruas jalan yang mengalami kerusakan sepanjang 2,5 kilometer itu. Pasalnya, warga setempat sudah menuntut agar proses perbaikan itu tidak ditunda lagi. Apalagi, jalur itu sudah tidak dilintasi lagi oleh kendaraan proyek pengangkut material karena aktivitas proyek di sekitar lokasi itu sudah selesai. Ini berarti, tidak ada lagi alasan pembenar bagi kontraktor pelaksana untuk mengabaikan tuntutan masyarakat tersebut. "Perbaikan itu sangat urgen untuk menghindari kerusakan dan kerugian yang lebih besar," tegasnya.Di samping mendesak kontraktor memperbaiki ruas jalan Banjarangkan-Tegal Besar, pihaknya juga meminta kontraktor bersangkutan memperbaiki alinyemen horizontal pemotongan jalan di jalur tersebut. Masalahnya, alinyemen itu dinilai terlalu curam sehingga menggangu kenyamanan pemakai jalan. "Khusus untuk permintaan itu, mereka belum menyatakan kesanggupan tetapi baru sebatas akan melakukan evaluasi," katanya lagi.

Adnyana menambahkan kesanggupan pihak kontraktor itu belum melegakan pihaknya. Setelah jalur Banjarangkan-Tegal Besar "steril" dari lalu lalang kendaraan proyek, aktivitas truk yang mengangkut material hingga puluhan ton itu kini beralih ke jalur Takmung-Lepang. Diperkirakan, ruas jalan ini juga terancam kerusakan parah mengingat jalan yang berstatus jalan kabupaten itu tidak dirancang untuk menahan beban seberat itu."Kami (Dinas PU Klungkung-red) berencana melayangkan surat kepada pimpro agar segala kerusakan yang diakibatkan oleh aktivitas truk proyek di jalur itu juga diperlakukan sama. Artinya, kontraktor pelaksana wajib memperbaiki jalan itu di mana perbaikannya dilakukan setelah aktivitas proyek di sekitar Desa Takmung/Banjar Lepang selesai," tegasnya. Menurut Adnyana, ancaman kerusakan parah untuk ruas jalan Takmung-Lepang sudah bisa dipastikan. Pasalnya, ruas jalan kabupaten itu saat ini seringkali dilewati dump truck pengangkut material untuk proyek jalan arteri Tohpati-Kusamba yang berat totalnya mencapai 30 ton. Padahal, jalan kabupaten itu hanya dirancang mampu menahan beban maksimal 10 ton. Mengingat kerusakan jalan itu berkaitan erat dengan pelaksanaan proyek jalan Tohpati-Kusamba, pihaknya pun menuntut pihak kontraktor bertanggung jawab. "Tanpa ada kesanggupan seperti itu, kami jelas sangat keberatan jika jalan itu dilewati kendaraan proyek. Harus ada jaminan, pihak kontraktor siap memperbaikinya," tegasnya lagi.

Lagi, Tukik Menetas di Lepang

Sekaa Teruna Setia Bhakti, Banjar Lepang, Banjarangkan bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali dan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Klungkung kembali mengulang suksesnya menetaskan puluhan butir telur penyu sisik semu* (Lepidhochelys olivaceae). Sekitar pukul 08.00, Sabtu (28/8) lalu, warga Lepang Ketut Sukadana menemukan beberapa ekor tukik satwa langka itu merayap di atas pasir dari tempat penetasan khusus yang dibangun warga menuju laut. Penetasan khusus yang dikelilingi pagar bambu itu memang senjaga dibangun agak jauh dari garis pantai dengan harapan tidak terkena pengaruh pasang surut air laut sehingga persentase telur yang menetas cukup tinggi.

Menurut staf BKSDA Bali I Gusti Ketut Dana kepada Bali Post, jumlah telur penyu yang sudah menetas diperkirakan puluhan butir.Dana mengatakan, telur-telur penyu itu menetas lebih awal tiga hari dari jadwal yang diperkirakan. Warga memergoki induk penyu itu bertelur 12 Juli lalu dan pihak BKSDA memperkirakan telur-telur itu baru menetas Selasa (31/9) besok.Dia menambahkan total telur yang diletakkan induk penyu mencapai 89 butir. Dari segi bentuk, ukuran, maupun penampakan fisik lainnya, seluruh telur itu sempurna alias tidak ada yang cacat sehingga persentase keberhasilan penetasan diperkirakan relatif tinggi.Sebenarnya ada dua ekor induk penyu sisik semu yang bertelur pada 12 Juli lalu. Sayang, salah satu dari kumpulan telur di sarang penyu itu tidak berhasil diselamatkan warga karena keburu diobrak-abrik anjing.

Tukik-tukik yang berhasil ditangkap sudah dilepas Sabtu (28/8) lalu. Kendati begitu, pihaknya optimis masih ada sejumlah tukik yang sudah menetas tetapi belum bisa keluar dari sarang. Sementara beberapa butir telur lainnya diperkirakan belum menetas dan masih ada peluang untuk menetas.